twitter

JAKARTA, KOMPAS.com
Memanfaatkan momentum Hari Anak Nasional 2009, pemerintah didesak untuk segera mencanangkan Gerakan Nasional Stop Kekerasan Terhadap Anak. Dengan adanya gerakan nasional ini, pelaku-pelaku kekerasan bisa dikontrol oleh masyarakat.


“Saat ini kekerasan terhadap anak sekarang sudah makin sulit ditoleransi oleh akal sehat,” ungkap Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi saat peringatan Hari Anak Nasional, Kamis (23/7).

Lebih lanjut Kak Seto, sebagaimana ia akrab disapa, menegaskan untuk menghentikan tindak kekerasan terhadap anak dengan alasan apapun, termasuk untuk alasan mendidik. Mendidik tidak identik dengan kekerasan. “Mohon tidak ada lagi menjewer, memaki, memukul, ataupun berbagai tindak kekerasan lain yang membuat anal-anak merasa sangat sedih dan terluka hatinya,” ungkap Kak Seto serius.


Untuk itu, ia berharap supaya pemerintah lebih serius dan meletakkan masalah anak sebagai skala prioritas. Kemudian ia mengisahkan pada tahun 1987 mantan presiden (Alm) Soeharto mencanangkan Gerakan Nasional Perlindungan Anak. Akhirnya gerakan ini diikuti dengan UU Perlindungan Anak. “Untuk kali ini, kita harapkan langkah-langkah yang lebih konkret. Yang penting segera canangkan gerakan nasional itu (stop kekerasan terhadap anak,” harap Kak Seto.

Harapan ini diyakini Kak Seto juga sebagai harapan masyarakat Indonesia. Siapa yang tidak menelan ludah ketika mendengar kasus anak di Madiun. Yang dimaksudkanya adalah anak umur 4 tahun menjadi korban cemburu ayah terinya. Anak tersebut dibawa oleh ayah tirinya ke rel kereta api lalu kakinya digilaskan sampai kakinya putus. Anak tersebut merangkak sendiri 50 meter ke rumahnya, sambil teriak “Sikilku tugel..sikilku tugel (kakiku putus),” kepada neneknya.

Mendengar kisah ini Komnas Perlindungan Anak segera menanganinya. Salah satu langkah konkret adalah memberikan beasiswa utk TK selama 2 tahun. “Ini butuh kontrol dari masyarakat. Soal anak masih jadi komunitas kelas bawah, bisa diapakan saja. Kalau dia marah ama siapa aja, anaknya yang dihajar. Bahkan ada yang diajak bunuh diri sama-sama,” tandas Kak Seto.

1 Agu 2009 | 0 komentar |

0 komentar:

Posting Komentar