twitter

Melatih Sisi Kognitif Anak dengan "Video Game"

Selama ini video game dianggap menimbulkan dampak negatif terutama pada anak-anak. Namun, penelitian terbaru membuktikan permainan yang memadukan unsur imajinasi dan teknologi itu bisa pula mempertajam daya pikir mereka.

Selama ini video game kerap dipandang sebagai jenis permainan yang menimbulkan dampak negatif bagi anak-anak. Permainan tersebut tidak jarang dijadikan kambing hitam penyebab anak-anak malas belajar atau menjalankan aktivitas-aktivitas lainnya serta cenderung menutup diri.



Oleh karena itu, tidak heran apabila banyak orang tua yang melarang putra-putri mereka untuk bermain video game. Anggapan itu memang tidak salah, namun juga tidak sepenuhnya benar. Pasalnya, dalam beberapa kasus tertentu, video game justru dapat memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mempelajari keterampilan baru. Bahkan, hubungan sosial antara anak dengan lingkungan sekitarnya pun terbukti meningkat.

Dampak positif video game pada anak telah diteliti para ahli dan hasil penelitian tersebut dipublikasikan di sebuah jurnal umum psikologi yang diterbitkan oleh American Psychological Association. Para peneliti melakukan beberapa studi yang mengaitkan potensi video game dengan peningkatan kemampuan visual dan spasial seseorang.

Kemampuan itulah yang kemudian dimanfaatkan untuk membantu mengelola penyakit diabetes dan sebagai alat pembantu psikoterapi. "Selama ini, sejumlah penelitian mengenai video game hanya seputar sisi negatifnya dan potensi bahaya yang .dapat ditimbulkannya, seperti anak menjadi kecanduan, agresif, hingga turunnya prestasi akademis anak," ungkap Christopher J Ferguson, peneliti dari Texas A M International University, Amerika Serikat (AS).

Namun, tambah Ferguson, penelitian terbaru menunjukkan anak-anak yang tinggal di daerah yang paling sering memainkan video game, seperti Eropa dan Amerika, dalam beberapa tahun belakangan justru mengalami masalah perilaku yang lebih sedikit ketimbang anak-anak di luar dua kawasan itu.

Di Eropa dan Amerika, tingkat kenakalan anak-anak berkurang serta nilai mata pelajaran mereka pun meningkat. "Ini membukti-kan video game yang sarat dengan nilai kekerasan ndak menciptakan generasi muda bermasalah yang selama ini ditakutkan oleh banyak orang," ujarnya.

Mengasah otak

Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa video game dapat meningkatkan ketajaman dan ke-cepatan berpikir anak. Rolf Nelson, seorang profesor psikologi dari Wheaton College, Norton, Massachusetts, AS, menyatakan video game bisa mempertajam kemampuan dan kecepatan berpikir serta meningkatkan sisi kognitif (kepandaian) otak anak, terutama untuk game yang bersifat action dan puzzle.

Studi yang dimuat di dalam Journal Perception itu melibatkan 20 orang siswa dan dilakukan dengan cara memberikan permainan video game selama lebih dari satu jam. Sebelum dan sesudah bermain video game, para siswa itu diminta melakukan tes kecerdasan untuk mengetahui efek bermain video game terhadap fungsi otak. Hasilnya, terjadi peningkatan fungsi otak di bagian-bagian tertentu.

"Bermain game yang membutuhkan tingkat perhatian dan fokus visual cepat dan gerakan mo-torik yang tepat dapat meningkatkan kecepatan dan akurasi dalam berpikir," jelas Nelson. Serupa dengan penelitian yang dilakukan Nelson, sebuah studi yang dilakukan Daphne Bavelier dari University of Roch-ester, New York, AS, juga menyebutkan bahwa para pemain video game memunyai kemampuan koordinasi yang baik, mulai dari mata hingga tangan. Mereka mampu memproses sesuatu hal yang bersifat visual dengan cepat,, mental yang lebih kuat, dan kemampuan mengingat yang lebih baik.

Meski demikian, diperlukan studi yang lebih mendalam ketika ingin menjadikan video game sebagai bagian dari kegiatan terapi otak terutama bagi anak-anak. Walaupun bermanfaat dalam mengembangkan beberapa keahlian.bermain video game bisa menggantikan kegiatan fisik dan memengaruhi perkembangan mental anak-anak. Untuk itulah para orang tua harus berperan aktif dalam mengatur jadwal bermain video game bagi anak-anak mereka agar tidak berlebihan.

Nelson mengatakan sebenarnya orang tua tidak perlu melarang anak-anak bermain video game. Strategi yang baik adalah menyeimbangkan antara kegiatan fisik, latihan otak, dan interaksi sosial. "Mereka yang bisa menyeimbangkan itu semua akan berkembang menjadi orang yang hebat," ujarnya.

Sementara itu, peneliti asal Beckman Institute, University Illinois, AS, Candramallika Basak menilai peran video game dalam mengembangkan kemampuan berpikir anak yang bisa menunjang pertumbuhannya tetap mesti diteliti lebih lanjut. Dia juga menyarankan agar orang tua memilihkan permainan yang tepat bagi anak yang bisa menunjang pengembangan kemampuan buah hati.

"Mungkin saja video game mendapatkan tempat sebagai medium pengembangan kemampuan anak, tetapi tetap tidak bisa menggantikan posisi latihan secara fisik dan interaksi sosial sebagai bagian dari pengembangan anak," tandasnya.

Meski banyak penelitian berhasil mengungkapkan dampak positif dari video game, ada pula studi yang menunjukkan hal sebaliknya. Sebuah studi memaparkan bahwa faktor kekerasan yang ada pada video game, terutama yang menampilkan adegan-adegan baku hantam dapat meningkatkan agresivitas seseorang, bergantung pada pribadi masing-masing.

Penelitian yang dilakukan oleh Patrick Markey itu menyebutkan kombinasi ciri-ciri kepribadian tertentu dapat lebih terpengaruh oleh video game kekerasan. "Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa sifat kepribadian seperti agresivitas yang tinggi dapat mengintensifkan efek negatif dari video game kekerasan dan kami ingin mencari tahu mengapa," kata Markey.

Dia pun lantas membuat sebuah metode khusus dengan menggunakan sampel 118 remaja. Setiap remaja diminta memainkan video game kekerasan dan non kekerasan. Remaja-remaja yang cenderung memiliki sifat sangat neurouk merupakan kalangan yang paling terpengaruh oleh video game kekerasan. Sedangkan peserta yang tidak memiliki kepribadian tersebut tidak terpengaruh atau hanya sedikit terkena dampak negatif dari video game kekerasan tersebut.

"Video game kekerasan itu seperti selai kacang. Ada yang alergi dan berbahaya bagi anak-anak, namun ada juga yang justru sehat karenanya. Permainan itu tidak berbahaya bagi mayoritas anak, tetapi berbahaya bagi sebuah minoritas kecil dengan kepribadian ataupun masalah kesehatan mental tertentu," pungkas Markey.

Source: Bataviase

3 Nov 2010 | 0 komentar |

0 komentar:

Posting Komentar